Tuesday, May 18, 2010

Berhenti Menjadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya

belakangan ini selalu nampak murang.

"Kenapa kau selalu murang, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?", sang guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya",jawab sang
murid muda.

Sang Guru tersenyum."Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. biar kuperbaiki suasana hatimu itu".

Si murid pun beranjak perlahan tanpa semangat. Ia laksanakan
permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam
sebagaimana yang diminta.

"Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu"' kata
sang guru,"Setelah itu minum airnya".

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis kerana meminum
air masim.

"Bagaimana rasanya", tanya sang guru.

"Masin dan perutku jadi mual", jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang guru tersenyum lagi melihat wajah muridnya yang meringis
kemasinan.

"Sekarang kau ikut aku". Sang guru membawa muridnya ke danau dekat
tempat mereka. "Amabil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau."

Si muridnya menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau,
tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan
rasa masin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan
meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, cuba kau minum air danau itu", kata sang guru sambil mencari
batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di kerongkongnya, sang guru bertanya kepadanya,
"Bagaimana rasanya".

"Segar, segar sekali", kata si murid sambil mengelap bibirnya denagn
lengan bajunya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di
atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah
pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa
dimulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi"."Tidak sama sekali", kata
si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru hanya
tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum
air danau sampai puas.

"Nak", kata sang guru setelah muridnya selesai minum."Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang
harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah,
sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak
berkurang dan tidak bertambah. Setiapa manusia yang lahir ke dunia
ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang
Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengar.

"Tapi nak, rasa 'Masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi nak,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadilah qalbu
dalam dadamu itu sebesar danau".


Laaillahailallah

1 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...